Cerpen
Penguji Persahabatan
Hari ini aku menjalani hari seperti biasanya, aku
berjalan kaki menuju sekolahku . setelah
beberapa menit aku berjalan kaki akhirnya aku sampai di sekolahku . pagi itu,
sebagian teman-temanku belum sampai disekolah . Waktu terus berjalan, tak lama
kemudian, bel masuk berbunyi pada saat itu pun teman dudukku yang bernama Uzwah
datang . s Kemarin, aku telah
meminta tolong kepada Uzwah untuk membuatkanku sebuah cerpen yang akan ditempel
dibuku bahasa indonesiaku . hari itu jam pertama aku belajar matematika,
perasaan aku dan uzwah saat itu masih baik-baik saja seperti biasanya . Setelah
pelajaran matematika selesai, kami mulai belajar pelajaran selanjutnya yaitu
bahasa indonesia . Saat itu, aku bertanya kepada Uzwah
“Uzwah, cerpennya sudah jadi atau belum?” . Tanyaku
kepada Uzwah .
“Iya,
sudah selesai . jawab Uzwah .
“Cerpennya ada dua lembar yah?”
“Iyah, memang aku buatnya dua lembar soalnya ceritanya
kepanjangan”! Nggak apa- apakan?
“Iya sih, tapi memangnya nggak ada yang satu lembar yah?”
“Ada, tapi cerpen yang itu belum sempat aku cetak, dan
menurutku cerita dari cerpen ini sudah menarik .
“Oooh, coba aku mau lihat cerpennya” . sambil mengulurkan
tangan kearah Uzwah .
“Ini” kata Uzwah sambil memberikan sebuah kertas kepadaku
.
Setelah Uzwah memberikan cerpen
kepadaku, aku segera membaca cerpen itu. Tak lama kemudian aku selesai
membacanya . Secara spontan saja, aku berkata kepada Uzwah .
“Uzwah,
cerpen ini tidak bagus!”
“Oooh,
jadi kamu tidak menghargai usahaku yang sudah membuatkanmu cerpen?
“Bukan
begitu Uzwah, maksudku yang tidak bagus itu bukan cerita yang terdapat pada cerpen yang kamu buat
itu, tapi dalam penulisan yang kamu buat itu secara lurus saja tanpa ada hal barunya, biasanya dalam cerpen
ada hal baru dalam penulisannya .
“Tapi setidaknya kamu bisa menghargainya kan?” Kemudian
Uzwah terdiam .
“Uzwah,
aku minta maaf aku tahu aku salah telah
mengatakan itu , aku menghargai semua yang telah kau perbuat kepadaku , kamu
jangan marah kepadaku, aku tadi tidak sengaja mengatakan itu, aku mohon Uzwah
maafkan aku .” Air mataku jatuh mengiringi permintaan maafku kepada Uzwah .
“Aku mau sendiri dulu Yuli, jangan ganggu aku, aku butuh
waktu .
“Tapi Uzwah kamu jangan marah kepadaku, kamu itu sahabat
terbaikku, aku mohon Uzwah, maafin aku .”
Aku semakin meneteskan air mataku dan memohon didepan
Uzwah, namun Uzwah tidak mau berbicara dan tidak menghiraukan perkataan dan
tangisanku . Aku berusaha untuk membujuk Uzwah agar memaafkanku, tapi dia
terlanjur kecewa dengan perkataan yang tidak sengaja aku ucapkan kepadanya .
Akhirnya, aku menyerah dan berputus asa dengan sikap
Uzwah yang cuek dan tidak menghiraukanku . Bel pulang berbunyi, aku segera
membereskan buku yang berserakan dimeja, setelah selesai aku pulang kerumahku
dengan perasaan gelisah, karena sahabat terbaikku Uzwah membenciku, aku tidak
habis pikir kenapa aku bisa mengucapkan kata-kata yang menyakiti hati sahabatku
itu .
Keesokan harinya, aku masih gelisah dengan kejadian yang
kualami kemarin dengan Uzwah, aku berjalan sambil termenung sendiri
sampai-sampai aku tidak merasa bahwa aku telah sampai di depan gerbang sekolah,
aku segera berjalan menuju ke kelasku . Aku belum melihat tas Uzwah yang biasanya
berada disamping bangku tempat aku duduk untuk belajar .
Tak lama kemudian, Uzwah datang memasuki kelas . Bel
masuk berbunyi, dan semua murid duduk termasuk aku dan Uzwah . Aku kembali
memulai pembicaraanku dengan Uzwah
“Uzwah!” .
“Apa?” jawab Uzwah singkat kepadaku .
“Uzwah, kamu masih marah sama aku?” .
“Nggak, hari ini kamu bawa benda yang aku minta tadi
malam lewat smskan?” .
“Iyah, memangnya untuk apa?” .
“Nih, aku punya cerpen yang baru untuk kamu, ini cuma
satu lembar dan berbeda seperti cerpen yang kemarin!” .
“Kamu buatin aku
cerpen yang baru?”
“Iyah!”
“Uzwah, kamu
memang sahabtku yang baik, mau menemaniku saat senang maupun susah, dan yang paling penting kamu selalu
mengerti perasaanku. Aku janji tidak akan mengulangi kesalahanku yang bodoh ini .
Makasih yah atas selama ini, aku kemarin tidak sengaja mengatakan itu
kepadamu, ako mohon maafin aku, aku benar- benar salah kemarin .”
“Iyah, aku juga minta maaf soalnya kemarin aku sudah cuekin
kamu .”
“Iyah, sekali lagi aku minta maaf dan makasih atas semua
pengertian dari kamu selama ini kepadaku”.
“Iyah, sama-sama Yuli .”
Akhirnya Uzwah memaafkanku, dan aku dapat melewati
hari-hariku seperti biasanya dengan ditemani sahabat terbaikku . Aku sangat
bahagia bisa menemukan sahabat sebaik Uzwah yang bisa menerimaku apa adanya
sebagai sahabatnya, aku juga termasuk seseorang yang beruntung . Semoga
persahabatanku dengan Uzwah akan tetap baik-baik saja dan dapat bertahan sampai
kami dewasa, walaupun kami nanti terpisah jarak . Aku pasti akan selalu
mengingat sahabat terbaikku semasa SMP yaitu Uzwah .
0 komentar:
Posting Komentar