Welcome to My Blog


Rabu, 18 Februari 2015

Cerpen Bhs.Indonesia untuk dua orang

Cerpen Penguji Persahabatan
            Hari ini aku menjalani hari seperti biasanya, aku berjalan kaki menuju sekolahku .  setelah beberapa menit aku berjalan kaki akhirnya aku sampai di sekolahku . pagi itu, sebagian teman-temanku belum sampai disekolah . Waktu terus berjalan, tak lama kemudian, bel masuk berbunyi pada saat itu pun teman dudukku yang bernama Uzwah datang . s         Kemarin, aku telah meminta tolong kepada Uzwah untuk membuatkanku sebuah cerpen yang akan ditempel dibuku bahasa indonesiaku . hari itu jam pertama aku belajar matematika, perasaan aku dan uzwah saat itu masih baik-baik saja seperti biasanya . Setelah pelajaran matematika selesai, kami mulai belajar pelajaran selanjutnya yaitu bahasa indonesia . Saat itu, aku bertanya kepada Uzwah 
            “Uzwah, cerpennya sudah jadi atau belum?” . Tanyaku kepada Uzwah .
“Iya, sudah selesai . jawab Uzwah .
            “Cerpennya ada dua lembar yah?”
            “Iyah, memang aku buatnya dua lembar soalnya ceritanya kepanjangan”! Nggak apa-         apakan?
            “Iya sih, tapi memangnya nggak ada yang satu lembar yah?”
            “Ada, tapi cerpen yang itu belum sempat aku cetak, dan menurutku cerita dari cerpen          ini sudah menarik .
            “Oooh, coba aku mau lihat cerpennya” . sambil mengulurkan tangan kearah Uzwah .
            “Ini” kata Uzwah sambil memberikan sebuah kertas kepadaku .
            Setelah Uzwah memberikan cerpen kepadaku, aku segera membaca cerpen itu. Tak lama kemudian aku selesai membacanya . Secara spontan saja, aku berkata kepada Uzwah .
“Uzwah, cerpen ini tidak bagus!”
“Oooh, jadi kamu tidak menghargai usahaku yang sudah membuatkanmu cerpen?
“Bukan begitu Uzwah, maksudku yang tidak bagus itu bukan cerita yang terdapat pada                       cerpen yang kamu buat itu, tapi dalam penulisan yang kamu buat itu secara lurus saja    tanpa ada hal barunya, biasanya dalam cerpen ada hal baru dalam penulisannya .
            “Tapi setidaknya kamu bisa menghargainya kan?” Kemudian Uzwah terdiam .
“Uzwah, aku  minta maaf aku tahu aku salah telah mengatakan itu , aku menghargai semua yang telah kau perbuat kepadaku , kamu jangan marah kepadaku, aku tadi tidak sengaja mengatakan itu, aku mohon Uzwah maafkan aku .” Air mataku jatuh mengiringi permintaan maafku kepada Uzwah .
            “Aku mau sendiri dulu Yuli, jangan ganggu aku, aku butuh waktu .
            “Tapi Uzwah kamu jangan marah kepadaku, kamu itu sahabat terbaikku, aku mohon            Uzwah, maafin aku .”
            Aku semakin meneteskan air mataku dan memohon didepan Uzwah, namun Uzwah tidak mau berbicara dan tidak menghiraukan perkataan dan tangisanku . Aku berusaha untuk membujuk Uzwah agar memaafkanku, tapi dia terlanjur kecewa dengan perkataan yang tidak sengaja aku ucapkan kepadanya .
            Akhirnya, aku menyerah dan berputus asa dengan sikap Uzwah yang cuek dan tidak menghiraukanku . Bel pulang berbunyi, aku segera membereskan buku yang berserakan dimeja, setelah selesai aku pulang kerumahku dengan perasaan gelisah, karena sahabat terbaikku Uzwah membenciku, aku tidak habis pikir kenapa aku bisa mengucapkan kata-kata yang menyakiti hati sahabatku itu .
            Keesokan harinya, aku masih gelisah dengan kejadian yang kualami kemarin dengan Uzwah, aku berjalan sambil termenung sendiri sampai-sampai aku tidak merasa bahwa aku telah sampai di depan gerbang sekolah, aku segera berjalan menuju ke kelasku . Aku belum melihat tas Uzwah yang biasanya berada disamping bangku tempat aku duduk untuk belajar .
            Tak lama kemudian, Uzwah datang memasuki kelas . Bel masuk berbunyi, dan semua murid duduk termasuk aku dan Uzwah . Aku kembali memulai pembicaraanku dengan Uzwah
            “Uzwah!” .
            “Apa?” jawab Uzwah singkat kepadaku .
            “Uzwah, kamu masih marah sama aku?” .
            “Nggak, hari ini kamu bawa benda yang aku minta tadi malam lewat smskan?” .
            “Iyah, memangnya untuk apa?” .
            “Nih, aku punya cerpen yang baru untuk kamu, ini cuma satu lembar dan berbeda               seperti cerpen yang kemarin!” .
             “Kamu buatin aku cerpen yang baru?”
             “Iyah!”
             “Uzwah, kamu memang sahabtku yang baik, mau menemaniku saat senang maupun             susah, dan yang paling penting kamu selalu mengerti perasaanku. Aku janji tidak         akan mengulangi kesalahanku yang bodoh ini . Makasih yah atas selama ini, aku           kemarin tidak sengaja mengatakan itu kepadamu, ako mohon maafin aku, aku benar-     benar salah kemarin .”
            “Iyah, aku juga minta maaf soalnya kemarin aku sudah cuekin kamu .”
            “Iyah, sekali lagi aku minta maaf dan makasih atas semua pengertian dari kamu                   selama ini kepadaku”.
            “Iyah, sama-sama Yuli .”
            Akhirnya Uzwah memaafkanku, dan aku dapat melewati hari-hariku seperti biasanya dengan ditemani sahabat terbaikku . Aku sangat bahagia bisa menemukan sahabat sebaik Uzwah yang bisa menerimaku apa adanya sebagai sahabatnya, aku juga termasuk seseorang yang beruntung . Semoga persahabatanku dengan Uzwah akan tetap baik-baik saja dan dapat bertahan sampai kami dewasa, walaupun kami nanti terpisah jarak . Aku pasti akan selalu mengingat sahabat terbaikku semasa SMP yaitu Uzwah .



Rabu, 18 Februari 2015

Cerpen Bhs.Indonesia untuk dua orang

Diposting oleh Unknown di 04.47 0 komentar
Cerpen Penguji Persahabatan
            Hari ini aku menjalani hari seperti biasanya, aku berjalan kaki menuju sekolahku .  setelah beberapa menit aku berjalan kaki akhirnya aku sampai di sekolahku . pagi itu, sebagian teman-temanku belum sampai disekolah . Waktu terus berjalan, tak lama kemudian, bel masuk berbunyi pada saat itu pun teman dudukku yang bernama Uzwah datang . s         Kemarin, aku telah meminta tolong kepada Uzwah untuk membuatkanku sebuah cerpen yang akan ditempel dibuku bahasa indonesiaku . hari itu jam pertama aku belajar matematika, perasaan aku dan uzwah saat itu masih baik-baik saja seperti biasanya . Setelah pelajaran matematika selesai, kami mulai belajar pelajaran selanjutnya yaitu bahasa indonesia . Saat itu, aku bertanya kepada Uzwah 
            “Uzwah, cerpennya sudah jadi atau belum?” . Tanyaku kepada Uzwah .
“Iya, sudah selesai . jawab Uzwah .
            “Cerpennya ada dua lembar yah?”
            “Iyah, memang aku buatnya dua lembar soalnya ceritanya kepanjangan”! Nggak apa-         apakan?
            “Iya sih, tapi memangnya nggak ada yang satu lembar yah?”
            “Ada, tapi cerpen yang itu belum sempat aku cetak, dan menurutku cerita dari cerpen          ini sudah menarik .
            “Oooh, coba aku mau lihat cerpennya” . sambil mengulurkan tangan kearah Uzwah .
            “Ini” kata Uzwah sambil memberikan sebuah kertas kepadaku .
            Setelah Uzwah memberikan cerpen kepadaku, aku segera membaca cerpen itu. Tak lama kemudian aku selesai membacanya . Secara spontan saja, aku berkata kepada Uzwah .
“Uzwah, cerpen ini tidak bagus!”
“Oooh, jadi kamu tidak menghargai usahaku yang sudah membuatkanmu cerpen?
“Bukan begitu Uzwah, maksudku yang tidak bagus itu bukan cerita yang terdapat pada                       cerpen yang kamu buat itu, tapi dalam penulisan yang kamu buat itu secara lurus saja    tanpa ada hal barunya, biasanya dalam cerpen ada hal baru dalam penulisannya .
            “Tapi setidaknya kamu bisa menghargainya kan?” Kemudian Uzwah terdiam .
“Uzwah, aku  minta maaf aku tahu aku salah telah mengatakan itu , aku menghargai semua yang telah kau perbuat kepadaku , kamu jangan marah kepadaku, aku tadi tidak sengaja mengatakan itu, aku mohon Uzwah maafkan aku .” Air mataku jatuh mengiringi permintaan maafku kepada Uzwah .
            “Aku mau sendiri dulu Yuli, jangan ganggu aku, aku butuh waktu .
            “Tapi Uzwah kamu jangan marah kepadaku, kamu itu sahabat terbaikku, aku mohon            Uzwah, maafin aku .”
            Aku semakin meneteskan air mataku dan memohon didepan Uzwah, namun Uzwah tidak mau berbicara dan tidak menghiraukan perkataan dan tangisanku . Aku berusaha untuk membujuk Uzwah agar memaafkanku, tapi dia terlanjur kecewa dengan perkataan yang tidak sengaja aku ucapkan kepadanya .
            Akhirnya, aku menyerah dan berputus asa dengan sikap Uzwah yang cuek dan tidak menghiraukanku . Bel pulang berbunyi, aku segera membereskan buku yang berserakan dimeja, setelah selesai aku pulang kerumahku dengan perasaan gelisah, karena sahabat terbaikku Uzwah membenciku, aku tidak habis pikir kenapa aku bisa mengucapkan kata-kata yang menyakiti hati sahabatku itu .
            Keesokan harinya, aku masih gelisah dengan kejadian yang kualami kemarin dengan Uzwah, aku berjalan sambil termenung sendiri sampai-sampai aku tidak merasa bahwa aku telah sampai di depan gerbang sekolah, aku segera berjalan menuju ke kelasku . Aku belum melihat tas Uzwah yang biasanya berada disamping bangku tempat aku duduk untuk belajar .
            Tak lama kemudian, Uzwah datang memasuki kelas . Bel masuk berbunyi, dan semua murid duduk termasuk aku dan Uzwah . Aku kembali memulai pembicaraanku dengan Uzwah
            “Uzwah!” .
            “Apa?” jawab Uzwah singkat kepadaku .
            “Uzwah, kamu masih marah sama aku?” .
            “Nggak, hari ini kamu bawa benda yang aku minta tadi malam lewat smskan?” .
            “Iyah, memangnya untuk apa?” .
            “Nih, aku punya cerpen yang baru untuk kamu, ini cuma satu lembar dan berbeda               seperti cerpen yang kemarin!” .
             “Kamu buatin aku cerpen yang baru?”
             “Iyah!”
             “Uzwah, kamu memang sahabtku yang baik, mau menemaniku saat senang maupun             susah, dan yang paling penting kamu selalu mengerti perasaanku. Aku janji tidak         akan mengulangi kesalahanku yang bodoh ini . Makasih yah atas selama ini, aku           kemarin tidak sengaja mengatakan itu kepadamu, ako mohon maafin aku, aku benar-     benar salah kemarin .”
            “Iyah, aku juga minta maaf soalnya kemarin aku sudah cuekin kamu .”
            “Iyah, sekali lagi aku minta maaf dan makasih atas semua pengertian dari kamu                   selama ini kepadaku”.
            “Iyah, sama-sama Yuli .”
            Akhirnya Uzwah memaafkanku, dan aku dapat melewati hari-hariku seperti biasanya dengan ditemani sahabat terbaikku . Aku sangat bahagia bisa menemukan sahabat sebaik Uzwah yang bisa menerimaku apa adanya sebagai sahabatnya, aku juga termasuk seseorang yang beruntung . Semoga persahabatanku dengan Uzwah akan tetap baik-baik saja dan dapat bertahan sampai kami dewasa, walaupun kami nanti terpisah jarak . Aku pasti akan selalu mengingat sahabat terbaikku semasa SMP yaitu Uzwah .